Senin, 12 November 2018

LAPORAN PRAKTIKUM


LAPORAN PRAKTIKUM




IDENTIFIKASI SERANGGA HAMA ATAU MUSUH ALAMI DENGAN KUNCI DETERMINASI SERANGGA PADA TANAMAN HORTIKULTURA




Oleh :

Golongan B/ Kelompok 5

1.      Muhammad Iqbal Sholeh        151510501090
















LABORATORIUM HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER
2017

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan manusia akan bahan pangan dan hortikultura, maka pertanian tradisional di Indonesia mulai berkembang dan lebih dipuerhatikan lagi perkembangannya. Tanaman pangan merupakan jenis–jenis tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber pangan bagi manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya.
Bubidaya pertanian petani sering menghadapi suatu masalah besar berupagangguan hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara. Beberapa serangan hama dan penyakit, sering kali menampilkan keragaan yang serupa tapi tak sama dengan ketidakseimbangan hara. Hama adalahorganisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.  Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati  Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri.
Masalah utama yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman adalah gangguan hama dan penyakit. Beberapa serangan hama sering kali menampilkan kerusakan  yang serupa tapi tak sama dengan terserang penyakit. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan khusunya serangga. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya termasuk semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.


1.2 Tujuan

1.    Mengelompokkan serangga sebagai hama dan musuh alami

2.    Mengidentifikasi serangga yang bertindak sebagai hama atau musuh alami dari berbagai ordo dan famili, berdasarkan morfologinya dengan kunci determinasi serangga.





























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman yang dapat  menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hama juga menyebabkan produksi suatu komoditas dari tanaman pangan, hortikltura maupun perkebunan berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh setiap petani yang selalu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan rusak, layu bahkan mati (Wipfler et al., 2014).
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sebuah pendekatan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan mempertimbangkan semua aspek manajemen budidaya untuk mempertahankan serangan hama dan penyakit dibawah ambang   batas kerugian ekonomis.  Aspek pengelolaan termasuk budidaya, lingkungan fisik, biologi, perilaku pengelola dan bahan kimia. Dengan PHT, efek samping dari pestisida diminimalkan dan keuntungan ekonomi dipertahankan. Program PHT menggunakan informasi yang ekstensif, yang dikumpulkan dalam sistem penanaman (Dawn., et al., 2014).
Taktik kultur teknis (cultural controlatau ecological management) adalah taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidak cocokan hama pada suatu lingkungandengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Walaupun sudah tergolong tua, metode kultur teknis masih efektif menekan tingkat serangan hama dan diterima luas dalam implementasi teknologi PHT. Tujuan akhir dari taktik kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dari siklus musiman hama sehingga hama tidak berkembang (Agustina dkk., 2013).
Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Hama ini meraut jaringan hingga keluar cairan, cairan ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung berwarna putih atau belang yang kemudian tampak mengerut (Putra dkk., 2012).
Kerusakan oleh serangga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung terdiri dari konsumsi bahan yang disimpan oleh serangga, kontaminasi oleh serangga dewasa, pupa, larva, telur, kulit telur, dan bagian tubuhnya, serta kerusakan wadah bahan yang disimpan (Richard and Louise., 2013). Kerusakan tidak langsung antara lain adalah timbulnya panas akibat metabolisme serta berkembangnya kapang dan mikroba-mikroba lainnya. Setiap spesies serangga mempunyai kesukaan terhadap makanan tertentu. Beberapa spesies menyukai embrio, dan yang lain menyukai endosperma. Embrio adalah bagian yang paling kaya akan zat gizi. Komponen lemak, protein, mineral, dan vitamin terkonsentrasi pada bagian tersebut sehingga serangan serangga akan menyebabkan penurunan nilai gizi (Samosir dkk., 2015).
Akibat dari serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut kualitatif dan susut daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang tidak terkontrol (Putra., 1994).




BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Identifikasi Organisme Penggaggu Tanaman acara “Identifikasi Serangga Hama atau Musuh Alami dengan Kunci Determinasi Serangga pada Tanaman Hortikultura”, dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 November 2017, pukul 13.00-selesai yang bertempat di ATP Universitas Jember.


3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1.    Kamera

2.Alat tulis

3.Worksheet

4.Plastik bening 1 kg sebanyak 5 buah


3.2.2 Bahan

1.    Hasil bermacam-macam serangga hama dan musuh alami yang berhasil ditangkap pada lahan pertanaman hortikultura.


3.3  Cara Kerja

1.    Mengkoleksi serangga hama dan musuh alami yang tertangkap dari suatu habitat lahan pertanaman hortikultura.
2.    Memasukkan serangga hama pada kantong plastik.
3.    Mengamati karakteristik serangga tersebut berdasakan pada ciri morfologi, ukuran, tipe alat mulut, tipe kaki, sayap, dll.
4.    Memfoto serangga hasil tangkapan.


3.4 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan pada praktikum “Identifikasi Serangga Hama atau Musuh Alami dengan Kunci Determinasi Serangga pada Tanaman Hortikultura” yaitu :
1.    Morfologi bentuk tubuh serangga
2.    Morfologi sayap
3.    Morfologi tipe mulut





BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
Gambar
Keterangan
1
Belalang (Valanga nigricornis)
Tanaman jambu
·  Ordo: Orthoptera
·  Famili: Acrididae
·  Spesies: Valanga nigricornis
·  Siklus hidup: Metamorfosis tidak sempurna (telur-nimfa-imago)
·  Peranan: Sebagai hama
2
Walang sangit (Leptocorisa acuta)
Tanaman jambu
·  Ordo: Hemiptera
·  Famili: Alydidae
·  Spesies: Leptocorisa acuta
·  Siklus hidup: Telur-nimfa-imago
·  Peranan: sebagai hama
3
Kepik (Leptoglossus australis F.)
Tanaman jeruk

·  Ordo: Hemiptera
·  Famili: Coreidae
·  Spesies: Leptoglossus australis F
·  Siklus hidup: Telur-nimfa-dewasa
·  Peranan: Serangga hama pada pucuk batang tanaman jeruk Bali
·  Tipe mulut: Pencucuk penghisap
4
Lalat buah (Diosophila melanogaster)
Tanaman jeruk
·  Ordo: Diptera
·  Famili: Diosophilidae
·  Spesies: Diosophila melanogaster
·  Siklus hidup: telur-larva-pupa-dewasa
·  Peranan: Sebagai serangga hama
5
Kumbang koksi (Coccinella transversalis)
·         Tanaman jambu
·  Ordo: Coleoptera
·  Famili: Coccinelidae
·  Spesies: Coccinella transversalis
·  Siklus hidup: Metamorfosis sempurna
·  Peranan: Sebagai serangga hama
6
Ulat kantung pada tanaman kelengkeng (Melisa plana)
·  Ordo: Lepidoptera
·  Famili: Psychidae
·  Spesies: Melisa plana
·  Siklus hidup: telur-larva-pupa-dewasa
·  Peranan: sebagai serangga hama pada tanaman kelengkeng
7
Kutu kebul (Bemisia Tabaci)
Tanaman jeruk bali

·  Ordo: Homoptera
·  Famili: Aleyrodidae
·  Spesies:Bemisia Tabaci
·  Siklus hidup: telur-nimfa instar 1-nimfa instar 2-nimfa instar 3-imago keluar dari pupa-imago
·  Peranan: Sebagai serangga hama
8
Ngengat (Biston betularia)
Tanaman kelengkeng
·  Ordo: Lepidoptera
·  Peranan: Hama pada tanaman hortikultura dan menyebabkan kerusakan pada tanaman.
·  Ngengat biasanya aktif pada malam hari.
9
Larva kupu-kupu (Dimorcapus longan L.)
Tanaman kelengkeng

·  Ordo: Lepidoptera
·  Peranan: Saat larva menjadi hama sedangkan dewasa menjadi polinator atau penyerbuk alami tanaman.
10
Kutu putih
Tanaman jeruk bali

·  Ordo: Hemiptera
·  Famili: Alegrolidae
·  Spesies: Bemisia Tabaci
·  Peranan: Sebagai serangga hama

4.2 Pembahasan              
      Berdasarkan data hasil pengamatan lapang pada praktikum identifikasi hama diperolah hama sebanyak 10 jenis hama diantaranya yaitu belalang, walang sangit, kepik, lalat buah, kumbang koksi, kutu putih, ngengat, ulat kantung, kutu kebul dan larva kupu-kupu.gejala serangan yang ditimbulkan oleh serangga-serangga yang kami temukan tersebut bermacam-macam tergantung dari alat mulut yang dimiliki serangga tersebut. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati untuk menentukan jenis alat mulut serangga, setelah alat mulut diketahui dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi ordo serangga tersebut.
          Hama pertama yang kami temui yaitu hama belalang. Belalang termasuk serangga famili acrididae. Belalang memiliki metamorfosis tidak sempurna yaitu telur-nimfa-imago. Gejala serangan belalang dapat diketahui dengan tanda daun akan tampak berlubang tidak beraturan, ada yang bundar besar dan ada yang berupa lubang-lubang kecil. Pengendalian belalang dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida, akan tetapi tidak dianjurkan karena tidak praktis dan tidak ekonomis. Pengendalian secara alami biasanya menggunakan jamur Bauveria Bassiana(Pitojo dan Puspita 2007).Hama selanjutnya yaitu walang sangit (Leptocorica acuta T). Walang sangit memiliki ciri-ciri bentuk badannya langsing dengan panjang 1,5 cm dan mengeluarkan bau khusus. Warna walang sangit biasanya hijau tetapi kadang-kadang coklat. Siklus hidup dari walang sangit itu sendiri yaitu telur-nimfa-imago. Hama wereng sangit akan menyerap cairan sel tanaman sehingga daun-daun muda menjadi berbintik-bintik hitam atau kecoklat-coklatan.
          Hama selanjutnya yang kami temui yaitu hama kepik. Kepik termasuk ke dalam ordo hemiptera. Daur hidup dari kepik ini yaitu telur-nimfa-dewasa. Nimfa dari kepik ini merusak tanaman dengan cara menusuk stiletnya lalu mengisap cairan yang ada pada tanaman yang mengakibatkan tanaman mati. Gejala serangan yang disebabkan oleh kepik nampak jelas terlihat berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan dilapangan biasanya terjadi bersamaan dan tanda serangannya tidak dapat dibedakan (Suryanto 2000).
        Hama selanjutnya yang kami temui yaitu lalat buah. Lalat buah termasuk ordo diptera. Siklus hidup dari lalat buah yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Gejala awal serangan lalat buah yaitu ditandai dengan adanya noda atau titik hitam bekas tusukan ovipositor dan akibat serangan larva lalat buah. Titik hitam tersebut lama kelamaan menjadi bercak coklat. Bekas tusukan tersebut mengakibatkan buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang. Apabila buah dibuka maka akan ditemukan banyak larva dari lalat buah tersebut (Surachman dan Widodo 2007).
         Hama selanjutnya yaitu ngengat. Ngengat termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Ngengat biasanya aktif pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Ngengat betina bertelur sekitar 250 butir setiap satu ngengat betina. Setelah tujuh hari, telur akan menetas dan menjadi ulat. Ulat tersebuat akan hidup dalam beras dan membuat benang-benang yang dihubungkan dengan beras yang telah dimakannya. Selanjutnya ulat membentuk pupa dalam kokon yang putih dan berkumpul dicelah-celah, sudut-sudut, di lipatan karung atau gudang. Stadium kepomponh lebih kurang 6-9 hari. Perkembangan dari telur sampai ngengat di dataran rendah antara 40-46 hari. Pengendalian ngengat secara alami yaitu dengan menggunakan kumbang Cleridae (Pracaya 1999).
          Hama selanjutnya yang kami temui yaitu kumbang koksi, ulat kantung dan larva kupu-kupu. Kumbang koksi termasuk ke dalam ordo coleoptera. Daur hidup dari kumbang koksi ini yaitu metamorfosis sempurna dengan habitatnya di daerah tropis. Selanjutnya yaitu hama ulat kantung yang berada di tanaman kelengkeng. Ulat ini termasuk ke dalam ordo lepidoptera dengan daur hidup yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Ulat kantung ini memiliki tipe mulut yaitu penggigit pengunyah. Hama selanjutnya yaitu larva kupu-kupu. Larva ini termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Larva kupu-kupu ini pada saat larva menjadi hama, sedangkan saat dewasa menjadi polinator bagi tanaman.
          Kutu putih atau kutu kebul merupakan hama yang sering terdapat pada tanaman perkebunan seperti kopi, kakao dan pepaya. Kutu ini memiliki ciri karakter yang sangat mencolok dan mudah untuk di identifikasi. Kutu ini pada fase imagonya berbentuk lonjong dan tubuhnya ditutupi oleh lapisan lilin. Kutu betina ini yang dilapisi lilin sedangkan serangga jantan berwarna merah muda kecoklatan dan memiliki sayap yang digunakan untuk terbang dan hinggap pada daun yang terdapat kutu betina untuk melakukan reproduksi (Pramayudi dan Oktarina 2012).




























BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. OPT terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : hana, penyakit, dan gulma
2. Hama serta musuh alami pada tanaman hortikultura yang ditemukan pada kegiatan praktikum antara lain : ulat kantung, kutu kebul/ kutu putih, kepik, walang sangit, kumbang koksi, ngengat, lalat buah, belalang kayu, larva kupu-kupu, dan penggorok daun.
3. Tipe alat mulut hama antara lain : penggigit pengunyah, pencucuk penghisap, dll.

5.2 Saran
Kegiatan praktikum harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan memperoleh data pengamatan yang akurat dan sesuai referensi yang ada. Diperlukan swing net untuk mempermudah dalam menangkap serangga hama yang terlihat pada tanaman dan juga untuk meminimalkan lepasnya serangga jika hanya ditangkap dengan menggunakan tangan.














DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., N. Mahdi dan Herdanawati, 2013. Perkembangan Metamhorphosis Lalat Buah (Drosophilla melanogaster) pada Media Biakan Alami Sebagai Referensi Pembelajaran pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan. Biotik. Vol 1(1) : 1-66.
Dawn, P., K. Chandra and K.A. Subramanian, 2014. Note On A Nest Of Saunders’ Embiid Oligotoma Saundersii (Westwood) (Insect : Embrioptera : Oligotomidae) From Kolkata, India. Thereatened Taxa. Vol 6(10) : 9379 – 6384.
Helmiyetti., R.D.M. Praja dan S. Manaf, 2012. Siklus Hidup Jenis Kupu-Kupu Papilionidae yang Dipelihara pada Tanaman Inang Jeruk Purut (Citrus hystrix). Konservasi Hayati. Vol 8(2): 41-55.
Ooi, P.A.C, 2015. Common Insect Pests Of Rice and Their Natural Biological Control. Agriculture Science. Vol 1(1)
Putra, F.F., J.N Sari dan R. Suhatman, 2012. Aplikasi Pembelajaran Metamorfosis Android Augmented Reality. Teknik Informasi. Vol 1 : 1-8.
Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Yogyakarta : Kanisius.
Richard and L. Spilsbury, 2013. Penyiasat Serangga : Ahli Entomologi. Malaysia:
Legasi Press Sdn. Bhd.
Samosir, S., Marheni dan S. Oemry, 2015. Uji Prefensi Kepik Hijau Nazara viridula L. (Hemiptera: Pentatodimae) pada Tanaman Kacang Kedelai dan Kacang Panjang di Laboratorium. Agroteknologi. Vol 3(2) : 772-778.
Siregar, A.S., D.Bakti dan F. Zahara, 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Diberbagai Tipe Lahan Sawah. Agroekologi. Vol 2(4) : 1640-1647.
Wipfler, B., M. Bai, S. Schoville, R. Dallai, T. Uchifune, R. Machida, Y. Cui dan R.G. Beutel, 2014. Ice Crawlers (Grylloblattodea) – The History of The Investigation of A Highly Unusual Group of Insects. Insect Biodiversity. Vol 2(2): 1-25.