LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI SERANGGA HAMA ATAU MUSUH ALAMI DENGAN KUNCI DETERMINASI SERANGGA PADA TANAMAN HORTIKULTURA
Oleh :
Golongan
B/ Kelompok 5
1. Muhammad
Iqbal Sholeh 151510501090
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT
TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan manusia akan bahan pangan dan
hortikultura, maka pertanian tradisional di Indonesia mulai berkembang dan
lebih dipuerhatikan lagi perkembangannya. Tanaman pangan merupakan jenis–jenis
tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber pangan bagi
manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman sayur-sayuran dan
buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya.
Bubidaya
pertanian petani sering menghadapi suatu masalah besar berupagangguan hama dan
penyakit serta ketidakseimbangan hara. Beberapa serangan hama dan penyakit,
sering kali menampilkan keragaan yang serupa tapi tak sama dengan
ketidakseimbangan hara. Hama adalahorganisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme,
dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan
kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang
menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Hama
dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap
para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil
produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu
tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati Dalam kegiatan
pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus
hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan
termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting
agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini
terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing
serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri.
Masalah
utama yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman adalah gangguan hama dan
penyakit. Beberapa serangan hama sering kali menampilkan kerusakan yang serupa tapi tak sama dengan
terserang penyakit. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua
organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan khusunya serangga. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang
menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya termasuk semua hewan yang
menyebabkan kerugian dalam pertanian.
1.2 Tujuan
1. Mengelompokkan
serangga sebagai hama dan musuh alami
2.
Mengidentifikasi serangga yang
bertindak sebagai hama atau musuh alami dari berbagai ordo dan famili,
berdasarkan morfologinya dengan kunci determinasi serangga.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman yang
dapat menimbulkan kerugian
secara ekonomi. Hama juga menyebabkan produksi suatu komoditas dari tanaman
pangan, hortikltura maupun perkebunan berkurang dan dapat juga menimbulkan
kematian pada tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan salah satu kendala
yang dihadapi oleh setiap petani yang selalu mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama tersebut
merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan rusak, layu bahkan mati (Wipfler et al., 2014).
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sebuah
pendekatan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan
mempertimbangkan semua aspek manajemen budidaya untuk mempertahankan
serangan hama dan penyakit dibawah ambang batas kerugian
ekonomis. Aspek pengelolaan termasuk budidaya, lingkungan fisik, biologi,
perilaku pengelola dan bahan kimia. Dengan PHT, efek
samping dari pestisida diminimalkan dan keuntungan ekonomi
dipertahankan. Program PHT menggunakan informasi yang ekstensif, yang dikumpulkan
dalam sistem penanaman (Dawn., et al., 2014).
Taktik kultur teknis (cultural controlatau ecological management) adalah
taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidak cocokan hama pada suatu
lingkungandengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan
membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Walaupun sudah
tergolong tua, metode kultur teknis masih
efektif menekan tingkat serangan hama dan diterima luas dalam implementasi teknologi PHT. Tujuan akhir
dari taktik kultur teknis
adalah menemukan link yang lemah dari siklus musiman hama
sehingga hama tidak
berkembang (Agustina dkk., 2013).
Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu
Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum
dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila
dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang
berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut
flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar
yang ada di dalam bunga. Hama ini meraut jaringan hingga keluar cairan, cairan
ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung berwarna
putih atau belang yang kemudian tampak mengerut (Putra dkk.,
2012).
Kerusakan oleh serangga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung terdiri
dari konsumsi bahan yang disimpan oleh serangga, kontaminasi oleh serangga
dewasa, pupa, larva, telur, kulit telur, dan bagian tubuhnya, serta kerusakan
wadah bahan yang disimpan (Richard and Louise., 2013). Kerusakan tidak langsung antara lain adalah timbulnya
panas akibat metabolisme serta berkembangnya kapang dan mikroba-mikroba
lainnya. Setiap spesies serangga mempunyai kesukaan terhadap makanan tertentu.
Beberapa spesies menyukai embrio, dan yang lain menyukai endosperma. Embrio
adalah bagian yang paling kaya akan zat gizi. Komponen lemak, protein, mineral,
dan vitamin terkonsentrasi pada bagian tersebut sehingga serangan serangga akan
menyebabkan penurunan nilai gizi (Samosir dkk., 2015).
Akibat dari serangan
hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut kualitatif dan susut daya
tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena
sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya
mutu secara langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang
tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah
butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena
bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji
tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah
turunnya harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat
serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi
serangga yang tidak terkontrol (Putra.,
1994).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Identifikasi Organisme Penggaggu Tanaman
acara “Identifikasi Serangga Hama atau Musuh Alami dengan Kunci Determinasi
Serangga pada Tanaman Hortikultura”, dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13
November 2017, pukul 13.00-selesai yang bertempat di ATP Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kamera
2.Alat tulis
3.Worksheet
4.Plastik bening 1 kg sebanyak 5
buah
3.2.2 Bahan
1.
Hasil bermacam-macam serangga
hama dan musuh alami yang berhasil ditangkap pada lahan pertanaman
hortikultura.
3.3 Cara Kerja
1.
Mengkoleksi serangga hama dan
musuh alami yang tertangkap dari suatu habitat lahan pertanaman hortikultura.
2.
Memasukkan serangga hama pada
kantong plastik.
3.
Mengamati karakteristik serangga
tersebut berdasakan pada ciri morfologi, ukuran, tipe alat mulut, tipe kaki,
sayap, dll.
4.
Memfoto serangga hasil tangkapan.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan pada praktikum “Identifikasi
Serangga Hama atau Musuh Alami dengan Kunci Determinasi Serangga pada Tanaman
Hortikultura” yaitu :
1.
Morfologi bentuk tubuh serangga
2.
Morfologi sayap
3.
Morfologi tipe mulut
4.1 Hasil
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Belalang (Valanga
nigricornis)
Tanaman jambu
|
·
Ordo: Orthoptera
·
Famili: Acrididae
·
Spesies: Valanga nigricornis
·
Siklus hidup: Metamorfosis tidak sempurna (telur-nimfa-imago)
·
Peranan: Sebagai hama
|
2
|
Walang sangit (Leptocorisa
acuta)
Tanaman jambu
|
·
Ordo: Hemiptera
·
Famili: Alydidae
·
Spesies: Leptocorisa acuta
·
Siklus hidup: Telur-nimfa-imago
·
Peranan: sebagai hama
|
3
|
Kepik (Leptoglossus
australis F.)
Tanaman jeruk
|
·
Ordo: Hemiptera
·
Famili: Coreidae
·
Spesies: Leptoglossus australis F
·
Siklus hidup: Telur-nimfa-dewasa
·
Peranan: Serangga hama pada pucuk batang tanaman jeruk Bali
·
Tipe mulut: Pencucuk penghisap
|
4
|
Lalat buah (Diosophila
melanogaster)
Tanaman jeruk
|
·
Ordo: Diptera
·
Famili: Diosophilidae
·
Spesies: Diosophila melanogaster
·
Siklus hidup: telur-larva-pupa-dewasa
·
Peranan: Sebagai serangga hama
|
5
|
Kumbang koksi (Coccinella
transversalis)
·
Tanaman jambu
|
·
Ordo: Coleoptera
·
Famili: Coccinelidae
·
Spesies: Coccinella transversalis
·
Siklus hidup: Metamorfosis sempurna
·
Peranan: Sebagai serangga hama
|
6
|
Ulat kantung pada tanaman kelengkeng (Melisa plana)
|
·
Ordo: Lepidoptera
·
Famili: Psychidae
·
Spesies: Melisa plana
·
Siklus hidup: telur-larva-pupa-dewasa
·
Peranan: sebagai serangga hama pada tanaman kelengkeng
|
7
|
Kutu kebul (Bemisia
Tabaci)
Tanaman jeruk bali
|
·
Ordo: Homoptera
·
Famili: Aleyrodidae
·
Spesies:Bemisia Tabaci
·
Siklus hidup: telur-nimfa instar 1-nimfa instar 2-nimfa instar 3-imago
keluar dari pupa-imago
·
Peranan: Sebagai serangga hama
|
8
|
Ngengat (Biston
betularia)
Tanaman kelengkeng
|
·
Ordo: Lepidoptera
·
Peranan: Hama pada tanaman hortikultura dan menyebabkan kerusakan pada
tanaman.
·
Ngengat biasanya aktif pada malam hari.
|
9
|
Larva kupu-kupu (Dimorcapus
longan L.)
Tanaman kelengkeng
|
·
Ordo: Lepidoptera
·
Peranan: Saat larva menjadi hama sedangkan dewasa menjadi polinator atau
penyerbuk alami tanaman.
|
10
|
Kutu putih
Tanaman jeruk bali
|
·
Ordo: Hemiptera
·
Famili: Alegrolidae
·
Spesies: Bemisia Tabaci
·
Peranan: Sebagai serangga hama
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan lapang
pada praktikum identifikasi hama diperolah hama sebanyak 10 jenis hama
diantaranya yaitu belalang, walang sangit, kepik, lalat buah, kumbang koksi,
kutu putih, ngengat, ulat kantung, kutu kebul dan larva kupu-kupu.gejala
serangan yang ditimbulkan oleh serangga-serangga yang kami temukan tersebut
bermacam-macam tergantung dari alat mulut yang dimiliki serangga tersebut.
Gejala yang ditimbulkan dapat diamati untuk menentukan jenis alat mulut
serangga, setelah alat mulut diketahui dapat dilanjutkan dengan
mengidentifikasi ordo serangga tersebut.
Hama pertama yang kami temui yaitu
hama belalang. Belalang termasuk serangga famili acrididae. Belalang memiliki
metamorfosis tidak sempurna yaitu telur-nimfa-imago. Gejala serangan belalang
dapat diketahui dengan tanda daun akan tampak berlubang tidak beraturan, ada
yang bundar besar dan ada yang berupa lubang-lubang kecil. Pengendalian
belalang dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida, akan tetapi tidak dianjurkan
karena tidak praktis dan tidak ekonomis. Pengendalian secara alami biasanya
menggunakan jamur Bauveria Bassiana(Pitojo
dan Puspita 2007).Hama selanjutnya yaitu walang sangit (Leptocorica acuta T). Walang sangit memiliki ciri-ciri bentuk
badannya langsing dengan panjang 1,5 cm dan mengeluarkan bau khusus. Warna
walang sangit biasanya hijau tetapi kadang-kadang coklat. Siklus hidup dari
walang sangit itu sendiri yaitu telur-nimfa-imago. Hama wereng sangit akan
menyerap cairan sel tanaman sehingga daun-daun muda menjadi berbintik-bintik
hitam atau kecoklat-coklatan.
Hama selanjutnya yang kami temui
yaitu hama kepik. Kepik termasuk ke dalam ordo hemiptera. Daur hidup dari kepik
ini yaitu telur-nimfa-dewasa. Nimfa dari kepik ini merusak tanaman dengan cara
menusuk stiletnya lalu mengisap cairan yang ada pada tanaman yang mengakibatkan
tanaman mati. Gejala serangan yang disebabkan oleh kepik nampak jelas terlihat
berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan dilapangan biasanya terjadi
bersamaan dan tanda serangannya tidak dapat dibedakan (Suryanto 2000).
Hama selanjutnya yang kami temui yaitu
lalat buah. Lalat buah termasuk ordo diptera. Siklus hidup dari lalat buah
yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Gejala awal serangan lalat buah yaitu ditandai
dengan adanya noda atau titik hitam bekas tusukan ovipositor dan akibat
serangan larva lalat buah. Titik hitam tersebut lama kelamaan menjadi bercak
coklat. Bekas tusukan tersebut mengakibatkan buah menjadi busuk dan gugur
sebelum matang. Apabila buah dibuka maka akan ditemukan banyak larva dari lalat
buah tersebut (Surachman dan Widodo 2007).
Hama selanjutnya yaitu ngengat.
Ngengat termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Ngengat biasanya aktif pada malam
hari dibandingkan dengan siang hari. Ngengat betina bertelur sekitar 250 butir
setiap satu ngengat betina. Setelah tujuh hari, telur akan menetas dan menjadi
ulat. Ulat tersebuat akan hidup dalam beras dan membuat benang-benang yang
dihubungkan dengan beras yang telah dimakannya. Selanjutnya ulat membentuk pupa
dalam kokon yang putih dan berkumpul dicelah-celah, sudut-sudut, di lipatan
karung atau gudang. Stadium kepomponh lebih kurang 6-9 hari. Perkembangan dari
telur sampai ngengat di dataran rendah antara 40-46 hari. Pengendalian ngengat
secara alami yaitu dengan menggunakan kumbang Cleridae (Pracaya 1999).
Hama selanjutnya yang kami temui
yaitu kumbang koksi, ulat kantung dan larva kupu-kupu. Kumbang koksi termasuk
ke dalam ordo coleoptera. Daur hidup dari kumbang koksi ini yaitu metamorfosis
sempurna dengan habitatnya di daerah tropis. Selanjutnya yaitu hama ulat
kantung yang berada di tanaman kelengkeng. Ulat ini termasuk ke dalam ordo
lepidoptera dengan daur hidup yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Ulat kantung ini
memiliki tipe mulut yaitu penggigit pengunyah. Hama selanjutnya yaitu larva
kupu-kupu. Larva ini termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Larva kupu-kupu ini
pada saat larva menjadi hama, sedangkan saat dewasa menjadi polinator bagi
tanaman.
Kutu putih atau kutu kebul merupakan
hama yang sering terdapat pada tanaman perkebunan seperti kopi, kakao dan
pepaya. Kutu ini memiliki ciri karakter yang sangat mencolok dan mudah untuk di
identifikasi. Kutu ini pada fase imagonya berbentuk lonjong dan tubuhnya
ditutupi oleh lapisan lilin. Kutu betina ini yang dilapisi lilin sedangkan
serangga jantan berwarna merah muda kecoklatan dan memiliki sayap yang
digunakan untuk terbang dan hinggap pada daun yang terdapat kutu betina untuk
melakukan reproduksi (Pramayudi dan Oktarina 2012).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
OPT terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : hana, penyakit, dan gulma
2. Hama serta musuh alami pada tanaman
hortikultura yang ditemukan pada kegiatan praktikum antara lain : ulat kantung,
kutu kebul/ kutu putih, kepik, walang sangit, kumbang koksi, ngengat, lalat
buah, belalang kayu, larva kupu-kupu, dan penggorok daun.
3. Tipe alat mulut hama antara lain :
penggigit pengunyah, pencucuk penghisap, dll.
5.2
Saran
Kegiatan praktikum harus dilakukan dengan teliti
dengan tujuan memperoleh data pengamatan yang akurat dan sesuai referensi yang
ada. Diperlukan swing net untuk mempermudah dalam menangkap serangga hama yang
terlihat pada tanaman dan juga untuk meminimalkan lepasnya serangga jika hanya
ditangkap dengan menggunakan tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
E., N. Mahdi dan Herdanawati, 2013. Perkembangan Metamhorphosis Lalat Buah (Drosophilla melanogaster) pada Media
Biakan Alami Sebagai Referensi Pembelajaran pada Mata Kuliah Perkembangan
Hewan. Biotik. Vol 1(1) : 1-66.
Dawn, P.,
K. Chandra and K.A. Subramanian, 2014. Note On A Nest Of Saunders’ Embiid Oligotoma Saundersii (Westwood) (Insect :
Embrioptera : Oligotomidae) From Kolkata, India. Thereatened Taxa. Vol 6(10) : 9379 – 6384.
Helmiyetti.,
R.D.M. Praja dan S. Manaf, 2012. Siklus Hidup Jenis Kupu-Kupu Papilionidae yang Dipelihara pada Tanaman
Inang Jeruk Purut (Citrus hystrix).
Konservasi Hayati. Vol 8(2): 41-55.
Ooi,
P.A.C, 2015. Common Insect Pests Of Rice and Their Natural Biological Control. Agriculture Science. Vol 1(1)
Putra,
F.F., J.N Sari dan R. Suhatman, 2012. Aplikasi Pembelajaran Metamorfosis
Android Augmented Reality. Teknik
Informasi. Vol 1 : 1-8.
Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Yogyakarta : Kanisius.
Richard and L. Spilsbury, 2013. Penyiasat Serangga : Ahli Entomologi.
Malaysia:
Legasi Press Sdn. Bhd.
Samosir,
S., Marheni dan S. Oemry, 2015. Uji Prefensi Kepik Hijau Nazara viridula L. (Hemiptera:
Pentatodimae) pada Tanaman Kacang Kedelai dan Kacang Panjang di Laboratorium. Agroteknologi. Vol 3(2) : 772-778.
Siregar,
A.S., D.Bakti dan F. Zahara, 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Diberbagai
Tipe Lahan Sawah. Agroekologi. Vol
2(4) : 1640-1647.
Wipfler,
B., M. Bai, S. Schoville, R. Dallai, T. Uchifune, R. Machida, Y. Cui dan R.G.
Beutel, 2014. Ice Crawlers (Grylloblattodea) – The History of The Investigation
of A Highly Unusual Group of Insects. Insect
Biodiversity. Vol 2(2): 1-25.